DI JALAN SETAPAK

siluet-muslimah-sore-bulan-payung

Mendung…. rupanya mentari sehati dengan ku, hari ini kupaksakan melipat selimut yang memang lebih berat ketimbang mengangkat beras 25 kg hehee aneh memang, tetapi memang begitu kamu pernah merasakannya ? pasti !

Hay…. Selamat pagi,

Kutapaki jalan yang mungkin sudah bosan melihat ku, terkadang tak sedikit yang menyapa atau sekedar melambaikan tangan, aku suka kebiasaan ini setidaknya cukup menyadarkan ku dari kesepian yang tiada bertepi tiap kali keluar pintu rumah. Terlihat dikejauhan sana seorang tua mengenakan baju batik jawa hijau tua dengan motif seperti ular naga yang sedang membuka mulut  dengan api berkobar di depan mulutnya .sepasang sandal japit cukup menghalau kaki tuanya dari dinginnya tanah usai hujan semalam.

“ Selamat pagi kek “ ucap ku,

“ Selamat pagi cu, Baru jalan ini tumben-tumbenan, kesiangan ? jawab kakek.

“hehehe “

Seperti biasa si kakek  tak pernah ketinggalan  menyapa setiap orang  yang lewat di jalan ini. Laki-laki, perempuan, tua atau muda semuanya sama-sama mendapatkan jatah sapaan dari kakek.Tak jarang anak-anak Sekolah berbaris dulu seperti kereta untuk bersalaman dengan kakek. Yah…. Sepele memang namun cukup sebagai tolak ukur bahwa dilingkungan ini kesadaran kaum muda untuk menghormati seseorang yang lebih tua masih cukup kuat.Melihat perkembang zaman yang kian melejit pesat rasanya bangga menyaksikan hal seperti ini.Tak sedikit kemajuan zaman telah merenggut norma-norma masyarakat kita.

“dek sudah makan siang ?” Tanya bu nani

“saya bawa bekal makan bu hihi” jawabku sambil meringis memperlihatka kotak makan berwarna pink itu.

Akhir – akhir ini aku lebih suka membawa bekal dari rumah, selain lebih irit, juga lebih sehat hahaa…. Bagusnya lagi badan jadi punya tanggung jawab bangun pagi untuk menyiapkan sarapan sekalian bekal siang.Walaupun hanya beberapa potongan buah atau tumis sayur cukup untuk mengganjal perut yang sedikit sensi ini.Hmm… perut ini memang sedikit manja, salah-salah makan bisa membuat ku kelimpungan setengah mati. Teringat cerita bu cici yang terkapar tak berdaya sepulang dari kantor, kabarnya beliau keracunan saat makan siang. Dan dari beberapa keluhan ku tentang perut rasanya memang harus mulai dibenahi pola makan ku.

Lupakan soal perut, rupanya pekerjaan dikantor cukup menguras waktu dan tenaga tak jarang kepala ku serasa tertiban bantal kapas yang tahunan tak pernah dijemur.Berat sekali, aku termasuk tipe orang yang tidak gemar mengonsumsi obat jadi cukup dengan tidur saja.Pernah ku dengar curhatan teman tentang kebiasaanya mengonsumsi obat warung, 1 hari bisa sampai 5 kapsul diminumnya.Tak jarang pagi hari aku melihatnya minum obat sakit kepala dengan bungkus warna merah bergambar bapak-bapak memegang kepalanya.Dan itu sudah dilakoninya kurang lebih 5 tahun ini, Astaghfirullah hal’adzim.

Cantik, pintar, ramah, sholikha Insya Allahnamun kebiasaanya itu membuat orang menggeleng, entah apa yang difikirkanya yang pasti lambat tahun itu sangat membahayakan tubuhnya mengingat dosis yang cukup tinggi juga obat yang diminum bukan resep dari dokter.

Nampaknya diluar sana air berjatuhan, padahala kupikir setelah kertas-kertas ini selesai dibereskan aku mau pulang cepat. Aku suka hujan, ingin rasanya berlari dan bermain bersamanya, menyatu denganya dan beryanyi sesuka hatiku. Kubayangkan penat dikepala ini akan luluh bersama air yang mengalir  dari atas kepala ku dan jatuh ketanah kemudian terkubur bersama fikiran-fikiran yang memang telah lama bersarang.  Tetapi ego ku tak semudah itu,  tak mau disebut penggila drama India haha.

Hujan,

Kau datang lagi

Apa kabar, kuharap cukup baik

Hujan,

Seperti kemarin aku membutuhkan mu

Sembuhkanlah luka ku

Ini teramat  sakit bagiku

Meyatulah dengan ku

Ikat semua molekul-molekul luka dalam hati ku

Bawalah bersama kepergian mu

Kamu

Masihkah bersama luka

Hay dunia ini indah

Dan kau bekukan dirimu dengan hujan

Sedang metari setiap waktu meyapa mu

Dengar

Akan ku tunjukan padamu

Nantikan satu hari yang cerah

Terjagalah kau bersama angin dan ombak

saat mentari hendak bersemayam diperaduanya

Rasakan hangatnya jingga merasuk qalbu

Lihat senyumnya, manja sekali

Senja

Kutemui pengiring malam itu

Sungguh benar

Meski dapat kutemu beberapa detak menit saja

Masya Allah, keindahan itu benar-benar ada

Kepakan sayapnya mekar dari ufuk utara dan selatan

Seratnya selembut sutra kayangan

Senyumnya semanis jingga

Walau dalam detiknya semakin kelabu

Setidaknya ia tau caranya berpamitan

Senja

Hidup ku untuk diriku,

Bahagia ku untuk diriku,

Luka ku untuk diriku,

Jadi bagaimana aku kepada diriku,

That’s right…. But, what really ? this make me very tired.

Pernah kuberada pada satu titik dimana aku berada dalam dua sisi yang menyudut dan kian menyudunt disetiap sisi-sisinya pada kemiringan tertentu. Seakan hidupku terbatas pada bidang-bidang datar yang sewaktu-waktu akan behimpit dan menyatu dan setelah itu semua menjadi abu.

Sebenarnya perkenalan ku denganya sudah lama, sejak bulan-bulan akhir menjelang Ujian Nasional SLTA. Waktu itu bersama teman-teman kita mengulas segala macam soal pelajaran, juga diakhir acara seringkali kita sharing tentang apa saja, ada Aena yang lagi-lagi bertanya masalah penggunaan beberapa media seperti air, kembang dan temanya dalam berdo’a yang biasanya sering dipraktekan masyarakat lingkunganya. Ada pula Fatimah yang penasaran tentang hukum wanita dan perempuan dalam berorganisasi, si uyun yang bingung tentang cara memakai kerudung yang baik itu seperti apa. Menyenangkan bukan, biasanya kita berkumpul ba’da Asyar di Masjid.

Mbak uLi tak bosan-bosanya mengingatkan hak dan kewajiban kita sebagai muslim khususnya wanita. Kita banyak belajar bersama, mengenai cara berpakaian yang syar’i, perbedaan jilbab dengan khimar, mana saja yang termasuk aurat, amalan apa yang bisa kita lakukan saat haid datang. Masya Allah hari-hari itu rasanya menyenangkan sekali.

hari demi hari kita mulai mempraktekan hal-hal baru itu, sedikit susah memang karna banyak faktor dan butuh proses dan mental yang kuat untuk menjajalnya. Kebetulan kami dari satu sekolah, aturan sekolah kami pun sama.

Ada beberapa dari kami ada yang satu kelas, seperti uyun, muti, kiki, Fatimah dan aku kita kelas Administrasi Perkantoran II. Tak jarang sindir menyindir menjadi bahan olokan ringan kita,

“Cie…. uyun udah Hijrah ya?”sindir ku, dia terlihat mulai memanjangkan khimarnya .

“Aamiin…. Cie ade, mau kemana setoran ya ikut dong” balasnya dengan tengil

Alhamdulillah Allah hadirkan sahabat-sahabat yang luar biasa dalam hidupku. Teman kelas super rempong, teman organisasi yang super konyol, teman rumah yang always care anytime ,teman mentoring yang membawa pencerahan, itu caraku menghalau virus jomblo yang sering mengintai gerbang hati nurani ku setiap waktu. Pernah satu waktu aku terbawa bisikan kesendirian dan mulai merasakan satu rasa itu hadir dan bermuara pada seseorang.

Berusaha meyakinkan diri bahwa itu tidak benar, namun semakin jelas kurasakan. Dan tak terasa seiring berjalanya waktu aku mengakuinya. Bahwa aku membalasnya, I do not want to fall in love but i need her. Entah apa yang kujalani saat itu, hanya bertemu ketika ada meeting organisasi, tak banyak orang tahu bahkan kita sendiri pun tak mengetahuinya. Yaa..semua kujalani by. Handphone. Tak tahu apa itu namanya, I don’t know about we.

Tak lama ketika cahaya ketenangan itu datang kembali bersama sahabat-sahabat terbaik, aku mulai memutuskan untuk menghentikan sebuah kesalahan yang sempat ku benarkan. and then I will go ! aku pergi darinya.

Kumulai perjalanan setapak yang sempat tehalang batu dijalan, kususuri dengan lebih hati-hati. Kupilah-pilah jalan yang nampak licin untuk tidak kulewati, lebih baik menghindarinya.

Selang beberapa waktu ternyata aku terjatuh lagi, berawal dari rasa kasihan virus itu mulai menjelma menjadi satu alasan yang kuat untuk bersinggah lagi.  Dan lagi hatiku membenarkan kesalahan itu. Ingin membantunya, mengembalikan semangat hidupnya fikirku waktu itu.

Hah… bodoh sekali, bukankah hanya Allah yang maha segala. Hebat sekali kau bisa merasa seperti itu.Ya memang aku bodoh, sekali lagi aku mencoba membuka mata, selebar-lebarnya kupaksakan agar raga ini sadar bahwa semua hal yang terjadi dalam dunia ini atas kehendak Allah. Manusia hanya bisa berencana, selanjutnya biarlah yang bertugas Ridho Allah SWT.

Dan kuputuskan berdiri lagi menapaki jalan setapak itu, maaf kau ku campakan. Bukan maksudku meninggalkan mu, sungguh aku tak menginginkannya ini masalah perjalanan hidup dan pembelajaran hati semoga kau mengerti dan ku berdo’a semoga hati ini tak mudah terjatuhkan lagi. seandainya memang harus dijatuhkan, kuharap Allah menjatuhkanya kepada orang yang terpatri namanya dalam lauhul mahfudz Aamiin.

#Bersambung

 

 

HUJAN

 

56153a17-hujan.lg_

Hujan kali ini aku tidak berani menikmatinya

Aku takut menemui mu lagi dalam kenangan masa-masa silam

Tidak, bukan karna aku tidak rindu

Hanya saja, kali ini aku ingin biarkan air dari langit saja yang menemui tanah untuk menjemput rindunya

Aku ingin pula biarkan senja hantarkan malam untukku sebagai teman penghantar tidur

Hingga nanti aku sampai…

Pada saaat kelumpuhan indraku tepat ketika aku dihadapan mu

sikap mulia dari kesadaran iman

Sudahlah..

Apalagi yang akan kau harapkan ?

Setelah banyak cerita sendu yang kau sesalkan

Tidakkah sebenarnya hati telah paham

bahwa pengharapan paling menyakitkan adalah pengharapan pada manusia ?

Sudah kubilang kau pergilah saja, menjauhlah

Jangan sampai alam melihat mu terbiasa dengan keadaan seperti ini

Lemah sekali kau ?

Benarkah wanita hanya dapat berpasrah ?

Tentu Tidak !

Lalu mengapa kau tetap bertahan ?

Bukankah Cinta itu saling mengerti, bukan menyakiti ?

Coba kau baca ini

Resapilah !

Hanya satu alasan untuk menjawab semua Tanyamu

“ Sebab Aku Ingin Kamu “